Makalah Sistem Ekskresi Pada Manusia
MAKALAH
SISTEM EKSKRESI
PADA MANUSIA
NAMA ANGGOTA KELOMPOK:
WARDANA
HERDIANA
ARIASIH
MESI
ELICIANA
SMA NEGERI 1 PUPUAN
Tahun Pelajaran 2018/2019
KATA PENGANTAR
Mohon maaf kami dari kelompok 5 pelajaran
biologi,menyampaikan maaf kepada penulis yang telah menyelesaikan tulisan atau
makalah ini,karena kami memakai makalah penulis seebagai media pembelajaran
dalam proses belajar mengajar kami sekolah,dan kami ucapkan banyak terimakasi
karena dengan adanaya makalah ini kami dapat mempelajari materi system ekskresi
pada manusia yng sangat berguna bagi kami semua sebagai pedoman belajar untuk
menambah ilmu.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada tubuh manusia
terjadi metabolisme yang mengkoordinasi kerja tubuh. Proses metabolisme selain
menghasilkan zat yang berguna bagi tubuh tetapi juga menghasilkan zat-zat sisa
yang tidak berguna bagi tubuh. Zat-zat sisa yang berguna bagi tubuh dapat
bermanfaat bagi tubuh kita dalam kelangsungan hidup.Hasil-hasil metabolisme
yang berupa zat-zat sisa yang tidak dimanfaatkan lagi oleh tubuh berupa
racun.Zat-zat sisa tersebut perlu dikeluarkan dari tubuh melalui organ-organ tubuh
tertentu.
Pengeluaran zat
sisa tersebut diperlukan sistem pengeluaran yang disebut sistem ekskresi. Sistem
ekskresi merupakan pengeluaran limbah hasil metabolisme pada organisme hidup. Zat
sisa metabolisme yang harus dikeluarkan antara lain karbondioksida (CO2), urea,
air (H2O), amonia (NH3), kelebihan vitamin, dan zat warna empedu. Organ
pengeluaran zat sisa pada manusia berupa ginjal, kulit, paru-paru dan hati. Setiap
organ-organ pengatur metabolisme untuk sistem ekskresi memiliki suatu factor
pengaruh. Seperti pada kulit, pembentukan dan pengeluaran keringat dipengaruhi
oleh factor hormon ADH, cuaca, dan lingkungan disekitar. Bahkan organ ekskresi
itu pun memiliki beberapa gangguan atau penyakit. Apabila organ-organ
metabolisme itu tidak berfungsi dengan baik maka akan mempengaruhi sistem kerja
metabolisme pada tubuh kita.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut.
1.
Apakah pengertian dan fungsi sistem Ekskresi pada Manusia ?
2.
Bagaimana anatomi dan fungsi organ sistem Ekskresi pada
Manusia ?
3.
Bagaiman Gangguan system Ekskresi Manusia ?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
Untuk mengetahui pengertian dan fungsi sistem Ekskresi pada
Manusia.
2.
Untuk mengetahui organ-organ anatomi dan fungsi organ sistem
Ekskresi pada Manusia
3.
Untuk mengetahui Gangguan system Ekskresi Manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
1.4 Pengertian
Pengeluaran zat
yang terjadi di dalam tubuh manusia meliputi 3 proses , yaitu :
Ekskresi, yaitu proses pengeluaran zat-zat sisa metabolisme baik
berupa H2O, CO2, asam urat, urea, dan lain sebagainya.
Dilaksanakan oleh sistem ekskresi, yaitu: ginjal, hati, paru-paru dan
kulit.
Sekresi, yaitu proses pengeluaran zat hasil metabolisme baik
berupa enzim dan hormon. Dilaksanakan oleh sistem kelenjar dan sistem
endokrin atau sistem hormonal.
Defekasi, yaitu proses pengeluaran zat zat sisa
pencernaan makanan yang tidak terserap oleh usus penyerapan, berupa
feces. Dilaksanakan oleh sistem pencernaan makanan terutama pada rektum dan
anus.
Makhluk hidup
menghasilkan zat-zat sisa yang harus dikeluarkan. Zat ini dapat menjadi racun
jika tidak dikeluarkan oleh tubuh. Proses pengeluaran zat sisa dari tubuh
antara lain sekresi, ekresi, dan defekasi. Sekresi merupakan suatu proses
pengeluaran zat yang berbentuk cairan oleh sel-sel atau jaringan. Ekskresi
merupakan proses pengeluaran zat siasa metabolisme dari tubuh yang sudah tidak
dapat digunakan lagi seperti pengeluaran urine, keringat, dan CO2 dari tubuh.
Defekasi merupakan peses pengeluaran feses dari tubuh. Alat ekskresi manusia
adalah paru-paru, ginjal, kulit, dan hati (Karmana, 2007).
Sedangkan
kebalikan dari sistem ini adalah sistem sekresi yaitu proses pengeluaran
zat-zat yang berguna bagi tubuh. Alat-alat ekskresi manusia berupa ginjal,
kulit, hati, paru-paru dan colon. Hasil sistem ekskresi dapat dibedakan menjadi
: Zat cair yaitu berupa keringat, urine dan cairan empedu, Zat padat yaitu
berupa feces, Gas berupa CO2 dan Uap air berupa H2O (Poedjadi, 2005).
1.5 Anatomi dan fungsi organ ekskresi pada manusia
Pada system
ekskresi manusia, sisa-sisa metabolisme diserap dari darah, kemudian diproses
dan akhirnya dikeluarkan lewat alat-alat ekskresi. Berikut alat-alat ekskresi
manusia, antara lain;
Ginjal
Ginjal
merupakan alat ekskresi yang mengeluarkan zat sisa metabolism dalam bentuk urine.Urine mengandung air,urea,dan
sisa metabolime lain,seperti asam urat ,kreatin,garam mineral ,kelebihan
vitamin dan hormone.
Fungsi
ginjal adalah untuk menjaga tekanan osmosis cairan tubuh ,mengatur
keseimbangann asam basa plasma darah dan cairan tubuh,mengatur volume plasma
darah dan cairan tubtuh,dan menjaga tekanan darah.
Ginjal
manusia berjumlah sepasang.Ginjal terdiri atas korteks (lapisan luar) dan
medula (lapisan dalam).Korteks dan medula mengandung jutaan nefron (alat penyaring).Tiap nefron
tersusun atas badan malphigi dan tubulus.Badan malphigi tersusun atas kapsula
bowman dan glomerulus.Medula (sumsum ginjal) mengandung tubulus kontortus
proksimal,tubulus kontortus distal, dan tubulus kolektivus (pengumpul) yang
bermuara di pelvis renalis (ruang ginjal).Diantara tubulus kontortus proksimal
dan distal terdapat lengkung Henle asenden dan desenden.
Sepasang
saluran ureter keluar dari rongga
ginjal dan bermuara pada kandung kemih (vesica
urinaria) yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan urine
sementara.Selanjutnya urine dibuang keluar tubuh melalui saluran uretra.
Banyaknya
urine yang dikeluarkan oleh tubuh ditentukan oleh banyaknya konsumsi
air,banayaknya garam yang harus dikeluarkan,dan kadar hirmin antideuretika (ADH).Kekurangan ADH dapat menyebabkan urine terbentuk
terlalau banyak,disebut diabetes insipidus.
Proses pembentukan urine:
a.
Penyaringan (filtrasi)
Proses filtrasi terjadi di
glomerulus dan kapsula bowman.Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat
glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak
mengandung protein. Pada filtrat glomerulus masih dapat ditemukan asam amino,
glukosa, natrium, kalium, dan garamgaram lainnya.
b.
Penyerapan
kembali (Reabsorbsi)
Volume urin
manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat
glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan
terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal.
Substansi yang
masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah
kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam urin. Tiap hari
tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa.
Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.
Setelah terjadi
reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder dengan kadar urea tinggi.Pada urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan
tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme
yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03, dalam urin primer
dapat mencapai 2% dalam urin sekunder.
Meresapnya zat
pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam mino meresap melalui peristiwa
difusi, sedangkan air melalui peristiwa osnmosis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal
dan tubulus distal,lengkung henle dan tubulus kolektivus untuk dikembalikan lagi ke darah.
c.
Augmentasi
Augmentasi
adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus
kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air,
1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang
berfungsi memberi warm dan bau pada urin.
Urin atau air
seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul
sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan
tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin
disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya
dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Urin terdiri
dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam
terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari
darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses
reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap
kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung
urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi
racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat
diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi
sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat
pembentukan kompos.
Fungsi Ginjal
1.
Menyaring dan membersihkan
darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh
2.
Mengeksresikan zat yang
jumlahnya berlebihan
3.
Reabsorbsi (penyerapan kembali)
elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus ginjal
4.
Menjaga keseimbanganan asam
basa dalam tubuh manusia
5.
Menghasilkan zat hormon yang
berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang
6.
Membersihkan darah dari racun,
zat sisa, dan kelebihan cairan
7.
Membantu mengatur tekanan darah
8.
Mengasilkan eritropoietin, yang
berfungsi untuk membuat sel darah merah
9.
Menghasilkan senyawa
aktif vitamin
D yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tulang
Jenis
Penyakit Ginjal
1.Infeksi
ginjal. Infeksi ginjal terjadi
bila bakteri dari kandung kemih menyebar naik menuju ke salah satu atau kedua
ginjal. Kondisi ini muncul akibat dari komplikasi infeksi saluran kemih.
2.Batu ginja.
Garam dan mineral yang seharusnya disaring oleh ginjal tetapi malah mengeras
dan tertimbun dalam ginjal sehingga terbentuk batu ginjal. Hal ini biasanya
terjadi karena urine yang terlalu pekat, sehingga garam dan mineral
mengkristal.
3.Penyakit
ginjal polikistik. Merupakan penyakit keturunan berupa munculnya kista (kantong
berisi cairan) yang berkelompok di dalam ginjal. Penyakit ginjal
polikistik tidak ganas, namun dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal.
Selain terjadi di ginjal, kista pada ginjal polikistik juga bisa muncul di
organ hati atau bagian lain dalam tubuh.
4.Gagal ginjal
akut. Gagal ginjal
akut adalah kondisi dimana ginjal tidak dapat berfungsi normal secara
tiba-tiba. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini bisa menyebabkan
menumpuknya garam dan zat kimia lainnya di dalam tubuh dan memengaruhi fungsi
organ tubuh lainnya.
5.Penyakit
ginjal kronis. Penyakit ginjal kronis atau gagal ginjal kronis yaitu
penurunan fungsi ginjal yang menetap selama tiga bulan. Kondisi ini ditandai
beberapa gejala, seperti sesak napas, mual, dan kelelahan. Namun kondisi ini
tidak dirasakan oleh pasien bila masih stadium 1-3. Oleh karena itu, banyak
orang tidak menyadari sedang mengalami kondisi ini hingga mencapai stadium
lanjutan.
6.Diabetes
melitus yaitu urine mengandung glukosa karena kekurangan hormon insulin
7.Diabetes insipidus adalah kondisi yang cukup langka, dengan gejala
selalu merasa haus dan pada saat bersamaan sering membuang air kecil dalam
jumlah yang sangat banyak. Jika sangat parah, penderitanya bisa mengeluarkan
air kencing sebanyak 20 liter dalam sehari.
8.Albuminuria
adalaah urine mengandung albumin karena kegagalan filtrasi.
9.Nefritis
adalah peradangan pada nefron karena infeksi bakteri Streptococcus
10. Uremia adalah
terbawanya urine kedalam aliran darah karena kebocoran saluran nefron.
11.Anuria adalah
kegagalan ginjal membentuk urine karena keruskan glomerulus.
Paru -paru
1.Fungsi Paru-paru
Dalam Sistem Ekskresi, paru-paru berfungsi
untuk .
1.
Mengeluarkan KARBONDIOKSIDA
(CO2) dan UAP AIR (H2O).
Di dalam paru-paru terjadi proses pertukaran antara gas
oksigen dan karbondioksida. Setelah membebaskan oksigen, sel-sel darah merah
menangkap karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh yang akan dibawa ke
paru-paru. Di paru-paru karbondioksida dan uap air dilepaskan dan dikeluarkan
dari paru-paru melalui hidung.
Penguraian karbohidrat
(glukosa) dan lemak kecuali menghasilkan energi akan menghasilkan zat sisa
berupa CO2 dan H2O yang akan dikeluarkan lewat paru-paru.
Seseorang yang berada dalam daerah dingin waktu ekspirasi akan tampak
menghembuskan uap. Uap tersebut sebenarnya merupakan karbondioksisa dan uap air
yang dikeluarkan saat terjadi pernafasan.
Sistem
Respirasi Manusia
Istilah
bernapas, seringkali diartikan dengan respirasi, walaupun secara harfiah
sebenarnya kedua istilah tersebut berbeda. Pernapasan (breathing)
artinya menghirup dan menghembuskan napas. Oleh karena itu, bernapas diartikan
sebagai proses memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam tubuh dan
mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke lingkungan. Sementara, respirasi (respiration)
berarti suatu proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di
dalam sel sehingga diperoleh energi.
Energi yang
dihasilkan dari respirasi sangat menunjang sekali untuk melakukan beberapa
aktifitas. Misalnya saja, mengatur suhu tubuh, pergerakan, pertumbuhan dan
reproduksi. Oleh karena itu, kegiatan pernapasan dan respirasi sebenarnya
saling berhubungan.
1. Struktur
Pernafasan Manusia
a. Hidung
Hidung
merupakan alat pernapasan yang terletak di luar dan tersusun atas tulang rawan.
Pada bagian ujung dan pangkal hidung ditunjang oleh tulang nasalis.
Rongga hidung dibagi menjadi dua bagian oleh septum nasalis, yaitu bagian kiri
dan kanan. Bagian depan septum
ditunjang
oleh tulang rawan, sedangkan bagian belakang ditunjang oleh tulang vomer dan
tonjolan tulang ethmoid.
Bagian bawah
rongga hidung dibatasi oleh tulang palatum, dan maksila. Bagian atas dibatasi
oleh
ethmoid,
bagian samping oleh tulang maksila, konka nasalis inferior, dan ethomoid
sedangkan bagian tengah dibatasi oleh septum nasalis.
Pada dinding
lateral terdapat tiga tonjolan yang disebut konka nasalis superior, konka media
dan konka inferior. Melalui celah-celah pada ketiga tonjolan ini udara
inspirasi akan dipanaskan oleh darah di dalam kapiler dan dilembapkan oleh
lendir yang disekresikan oleh sel goblet. Lendir juga dapat membersihkan udara
pernapasan dari debu. Bagian atas dari rongga hidung terdapat daerah
olfaktorius, yang mengandung sel-sel pembau. Sel-sel ini berhubungan dengan
saraf otak pertama (nervus olfaktorius). Panjangnya sekitar 10 cm. Udara yang
akan masuk ke dalam paru-paru pertama kali akan masuk melalui hidung terlebih
dahulu. Sekitar 15.000 liter udara setiap hari akan melewati hidung.
b. Faring
udara dan
makanan. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofaring) pada
bagian depan dan saluran pencernaan (orofaring) pada bagian
belakang. Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring berbentuk seperti
tabung corong, terletak di belakang rongga hidung dan mulut, dan tersusun dari
otot rangka. Faring berfungsi sebagai jalannya udara dan makanan. Faring
merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofaring) pada
bagian depan dan saluran pencernaan (orofaring) pada bagian
belakang.
c. Laring
Dari faring,
udara pernapasan akan menuju pangkal tenggorokan atau disebut juga
laring. Laring tersusun atas kepingan tulang rawan yang
membentuk jakun. Jakun tersebut tersusun oleh tulang lidah, katup tulang rawan,
perisai tulang rawan, piala tulang rawan, dan gelang tulang rawan.
Pangkal
tenggorokan dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorokan (epiglotis).
Jika udara menuju tenggorokan, anak tekak melipat ke bawah, dan ketemu dengan
katup pangkal tenggorokan sehingga membuka jalan udara ke tenggorokan. Saat
menelan makanan, katup tersebut menutupi pangkal tenggorokan dan saat bernapas
katup tersebut akan membuka.
Pada pangkal
tenggorokan terdapat pita suara yang bergetar bila ada udara melaluinya.
Misalnya saja saat kita berbicara.
d. Trakea
Tenggorokan
berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di
rongga dada. Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang
rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi
menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.
e. Bronkus
Bronkus
tersusun atas percabangan, yaitu bronkus kanan dan kiri. Letak bronkus kanan
dan kiri agak berbeda. Bronkus kanan lebih vertikal daripada kiri. Karena
strukturnya ini, sehingga bronkus kanan akan mudah kemasukan benda asing.
Itulah sebabnya paru-paru kanan
seseorang
lebih mudah terserang penyakit bronkhitis.
Pada
seseorang yang menderita asma bagian otot-otot bronkus ini berkontraksi
sehingga akan menyempit. Hal ini dilakukan untuk mencegah masuknya lebih banyak
benda asing yang menimbulkan reaksi alergi. Akibatnya penderita akan mengalami
sesak napas. Sedangkan pada penderita bronkitis, bagian bronkus ini akan
tersumbat oleh lendir. Bronkus kemudian bercabang lagi sebanyak 20–25 kali
percabangan membentuk bronkiolus. Pada ujung bronkiolus inilah
tersusun alveolus yang berbentuk seperti buah anggur.
f. Paru-paru
Organ yang
berperan penting dalam proses pernapasan adalah paru-paru. Paru-paru merupakan
organ tubuh yang terletak pada rongga dada, tepatnya di atas sekat
diafragma. Diafragma adalah sekat rongga badan yang membatasi
rongga dada dan rongga perut. Paru-paru terdiri atas dua bagian, paru-paru
kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan memiliki tiga gelambir yang berukuran
lebih besar daripada paru-paru sebelah kiri yang memiliki dua gelambir.
Paru-paru
dibungkus oleh dua lapis selaput paru-paru yang disebut pleura.
Semakin ke dalam, di dalam paru-paru akan ditemui gelembung halus kecil yang
disebut alveolus. Jumlah alveolus pada paru-paru kurang lebih 300
juta buah. Adanya alveolus ini menjadikan permukaan paru-paru lebih luas.
Diperkirakan, luas permukaan paruparu sekitar 160 m2. Dengan kata lain,
paru-paru memiliki luas permukaan sekitar 100 kali lebih luas daripada luas
permukaan tubuh.
Dinding
alveolus mengandung kapiler darah. Oksigen yang terdapat pada alveolus
berdifusi menembus dinding alveolus, lalu menem bus dinding kapiler darah yang
mengelilingi alveolus. Setelah itu, masuk ke dalam pembuluh darah dan diikat
oleh hemoglobin yang terdapat di dalam sel darah merah sehingga terbentuk
oksihemoglobin (HbO2). Akhirnya, oksigen diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh.
Setelah sampai ke dalam sel-sel tubuh, oksigen dilepaskan sehingga
oksihemoglobin kembali menjadi hemoglobin. Oksigen ini digunakan untuk
oksidasi.
Karbon
dioksida yang dihasilkan dari respirasi sel diangkut oleh plasma darah melalui
pembuluh darah menuju ke paru-paru. Sesampai di alveolus, CO2 menembus dinding
pembuluh darah dan din ding
alveolus.
Dari alveolus, karbondioksida akan disalurkan menuju hidung untuk dikeluarkan.
Jadi proses pertukaran gas sebenarnya berlangsung di alveolus.
2. Mekanisme
Pernafasan Manusia
Pernapasan
adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur
sekalipun, karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2
jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.
Pernapasan
luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan
darah dalam
kapiler. Pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam
kapiler dengan sel-sel tubuh. Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi
oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar
tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar, maka udara akan masuk.
Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan
keluar.
Sehubungan
dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara ( inspirasi) dan pengeluaran
udara ( ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu
pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi secara
bersamaan.
1. Pernafasan
Dada
Apabila kita
menghirup dan menghempaskan udara menggunakan pernapasan dada, otot yang
digunakan yaitu otot antartulang rusuk. Otot ini terbagi dalam dua bentuk,
yakni otot antartulang rusuk luar dan otot antartulang rusuk dalam.
Saat terjadi
inspirasi, otot antartulang rusuk luar berkontraksi, sehingga tulang rusuk
menjadi terangkat. Akibatnya, volume rongga dada membesar. Membesarnya volume
rongga dada menjadikan tekanan udara dalam rongga dada menjadi kecil/berkurang,
padahal tekanan udara bebas tetap. Dengan demikian, udara bebas akan mengalir
menuju paru-paru melewati saluran pernapasan.
Sementara
saat terjadi ekspirasi, otot antartulang rusuk dalam berkontraksi
(mengkerut/mengendur), sehingga tulang rusuk dan tulang dada ke posisi semula.
Akibatnya, rongga dada mengecil. Oleh karena rongga dada mengecil, tekanan
dalam rongga dada menjadi
meningkat,
sedangkan tekanan udara di luar tetap. Dengan demikian, udara yang berada dalam
rongga paru-paru menjadi terdorong keluar.
2. Pernafasan
Perut
Pada proses
pernapasan ini, fase inspirasi terjadi apabila otot diafragma (sekat rongga
dada) mendatar dan volume rongga dada membesar, sehingga tekanan udara di dalam
rongga dada lebih kecil daripada udara di luar, akibatnya udara masuk. Adapun
fase ekspirasi terjadi apabila otot-otot diafragma mengkerut (berkontraksi) dan
volume rongga dada mengecil, sehingga tekanan udara di dalam rongga dada lebih
besar daripada udara di luar. Akibatnya udara dari dalam terdorong ke luar.
3. Mekanisme
Pertukaran Gas Oksigen (02)dan Karbondioksida (CO2)
Udara
lingkungan dapat dihirup masuk ke dalam tubuh makhluk hidup melalui dua cara,
yakni pernapasan secara langsung dan pernapasan tak
langsung. Pengambilan udara secara langsung dapat dilakukan oleh permukaan
tubuh lewat proses difusi. Sementara udara yang dimasukan ke dalam tubuh
melalui saluran pernapasan dinamakan pernapasan tidak langsung.
Saat kita bernapas,
udara diambil dan dikeluarkan melalui paruparu. Dengan lain kata, kita
melakukan pernapasan secara tidak langsung lewat paru-paru. Walaupun begitu,
proses difusi pada pernapasan langsung tetap terjadi pada paru-paru. Bagian
paru-paru yang meng alami
proses difusi
dengan udara yaitu gelembung halus kecil atau alveolus.
Oleh karena
itu, berdasarkan proses terjadinya pernapasan, manusia mempunyai dua tahap
mekanisme pertukaran gas. Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida yang
dimaksud yakni mekanisme pernapasan eksternal dan internal.
a. Pernafasan
Eksternal
Ketika kita
menghirup udara dari lingkungan luar, udara tersebut akan masuk ke dalam
paru-paru. Udara masuk yang mengandung oksigen tersebut akan diikat darah lewat
difusi. Pada saat yang sama, darah yang mengandung karbondioksida akan
dilepaskan. Proses pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara
udara dan darah dalam paru-paru dinamakan pernapasan eksternal.
Saat sel
darah merah (eritrosit) masuk ke dalam kapiler paru-paru, sebagian besar CO2
yang diangkut berbentuk ion bikarbonat (HCO- 3) . Dengan bantuan enzim karbonat
anhidrase, karbondioksida (CO2) air (H2O) yang tinggal sedikit dalam darah akan
segera berdifusi keluar. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut.
Seketika itu
juga, hemoglobin tereduksi (yang disimbolkan HHb) melepaskan ion-ion hidrogen
(H+) sehingga hemoglobin (Hb)-nya juga ikut terlepas. Kemudian, hemoglobin akan
berikatan dengan oksigen (O2) menjadi oksihemoglobin (disingkat HbO2).
Proses difusi
dapat terjadi pada paru-paru (alveolus), karena adaperbedaan tekanan parsial
antara udara dan darah dalam alveolus. Tekanan parsial membuat konsentrasi
oksigen dan karbondioksida pada darah dan udara berbeda.
Tekanan
parsial oksigen yang kita hirup akan lebih besar dibandingkan tekanan parsial
oksigen pada alveolus paru-paru. Dengan kata lain, konsentrasi oksigen pada
udara lebih tinggi daripada konsentrasi oksigen pada darah. Oleh karena itu,
oksigen dari udara akan berdifusi menuju darah pada alveolus paru-paru.
Sementara
itu, tekanan parsial karbondioksida dalam darah lebih besar dibandingkan
tekanan parsial karbondioksida pada udara. Sehingga, konsentrasi karbondioksida
pada darah akan lebih kecil di bandingkan konsentrasi karbondioksida pada
udara. Akibatnya, karbondioksida pada darah berdifusi menuju udara dan akan
dibawa keluar tubuh lewat hidung.
b. Pernafasan
Internal
Berbeda
dengan pernapasan eksternal, proses terjadinya pertukaran gas pada pernapasan
internal berlangsung di dalam jaringan tubuh. Proses pertukaran oksigen dalam
darah dan karbondioksida tersebut berlangsung dalam respirasi seluler.
Setelah
oksihemoglobin (HbO2) dalam paru-paru terbentuk, oksigen akan lepas, dan
selanjutnya menuju cairan jaringan tubuh. Oksigen tersebut akan digunakan dalam
proses metabolisme sel. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
Proses
masuknya oksigen ke dalam cairan jaringan tubuh juga melalui proses difusi.
Proses difusi ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan parsial oksigen dan
karbondioksida antara darah dan cairan jaringan. Tekanan parsial oksigen dalam
cairan jaringan, lebih rendah dibandingkan oksigen yang berada dalam darah.
Artinya konsentrasi oksigen dalam cairan jaringan lebih rendah. Oleh karena
itu, oksigen dalam darah mengalir menuju cairan jaringan.
Sementara
itu, tekanan karbondioksida pada darah lebih rendah daripada cairan jaringan.
Akibatnya, karbondioksida yang terkandung dalam sel-sel tubuh berdifusi ke
dalam darah. Karbondioksida yang diangkut oleh darah, sebagian kecilnya akan
berikatan bersama hemoglobin membentuk karboksi hemoglobin (HbCO2). Reaksinya
sebagai berikut.
Namun,
sebagian besar karbondioksida tersebut masuk ke dalam plasma darah dan
bergabung dengan air menjadi asam karbonat (H2CO3). Oleh enzim anhidrase, asam
karbonat akan segera terurai menjadi dua ion, yakni ion hidrogen (H+) dan ion
bikarbonat (HCO- Persamaan reaksinya sebagai berikut.
CO2 yang
diangkut darah ini tidak semuanya dibebaskan ke luar tubuh oleh paru-paru, akan
tetapi hanya 10%-nya saja. Sisanya yang berupa ion-ion bikarbonat yang tetap
berada dalam darah. Ion-ion bikarbonat di dalam darah berfungsi sebagai bu. er
atau larutan penyangga.\ Lebih tepatnya, ion tersebut berperan penting dalam
menjaga stabilitas pH (derajat keasaman) darah.
2. Alat Respirasi
Fungsi Organ Paru – Paru Manusia yang pertama ialah
sebagai tempat bertukarnya gas oksigen dengan karbon dioksida. Manusia bernafas
dengan menghirup udara yaitu oksigen dan dibuang dari nafas tersebut bernama
karbon dioksida.
3. Pengendali PH Darah
Dengan melakukan cara mengubah tekanan CO2 dapat
mengendalikan pH darah per menitnya karena kecepatan dan kedalaman dalam
melakukan pernafasan mempengaruhi meningkat atau menurunnya karbondioksida dan
darah.
4. Sebagai Siliaris Eskalator
Fungsi Paru – Paru Manusia selanjutnya ialah
sebagai aksi siliaris eskalator, yang melindungi terhadap infeksi yg ditanggung
oleh udara. Segala pertikel seperti debu dan bakteri akan terperangkap dalam
lapisan lender yg terletak di permukaan mukosa saluran pernafasan.
5. Reservoir
Reservoir darah dalam tubuh adalah salah satu
Fungsi Paru – Paru Manusia, dimana volume total paru paru kurang lebih 450 ml
atau 4.500 cc. Volume tersebut diambil dari jumlah volume sisa tambah dengan
kapasitas vital. Dari ukuran tersebut sama seperti 9% dari total volume semua
system pada peredaran darah manusia.
6. Lapisan Pelindung
Fungsi Organ Paru – Paru Manusia dapat melindungi
hati dari guncangan. Hal tersebut dikarenakan letak hati yang berada di bawah
diantara paru-paru sehingga organ pernafasan tersebut mampu melindungi hati
dengan baik dari berbagai guncangan yang disebabkan gerakan tubuh.
7. Mencegah Polutan Masuk
Udara yang kita hirup tentunya tidak semuanya
bersih sehingga saat hidung menghirup nafas tentu ada partikel kecil masuk
dalam tubuh. Tetapi partikel tersebut akan berhenti di lapisan sputum / mucus /
phlegm dimana lapisan tersebut membatasi bagian dalam dari kantong pernafasan
manusia.
8. Penghasil Suara Vokal
Kandungan dalam tubuh yang tidak digunakan oleh
paru-paru akan dibuang dalam sistem ekskresi. Sistem ini dilakukan dengan
menghembuskan nafas yaitu keluarnya karbondioksida dan uap air. Fungsi lain
juga membantu terciptanya suara oleh pita suara yaitu suara vokal.
2.Jenis Jenis Penyakit Paru Paru :
1. Pneumonia
Penyakit pada paru-paru yang disebut pneumonia adalah penyakit yang disebabkan terjadinya peradangan dari gelembung udara mikroskopik paru-paru yaitu alveolus dan saluran udara terkecil yaitu bronkiolus. Penyakit pneumonia ini sering disebut juga dengan penyakit radang paru-paru.
Pneumonia dapat timbul di berbagai daerah di paru-paru. Pneumonia lobar menyerang sebuah lobus atau potongan besar paru-paru. Pneumonia lobar adalah bentuk pneumonia yang mempengaruhi area yang luas dan terus-menerus dari lobus paru-paru. Selain itu, ada juga yang disebut bronkopneumonia yang menyerang seberkas jaringan di salah satu paru-paru atau keduanya.
2. Tuberkulosis
Menurut Dr. Erlina, kematian akibat tuberkulosis umumnya karena kegagalan pengobatan. Ini terutama dipengaruhi oleh kurangnya oengertian mengenai tuberkulosis, faktor ekonomi, pengobatan yang tidak teratur, adanya penyakit penyerta, serta kebiasaan merokok dan gizi penderitannya.
Hal ini sebenarnya tidak mengherankan, karena dahulu, penderita tuberkulosis jarus meminum4 jenis obat setiap hari selama 6 bulan. Biaya pengobatan tuberkulosis yang cukup besar, menyebabkan penderita nekat berhenti minum obat setelah 2-3 bulan. Biasanya selama masa ini, gejala tuberkulosis memang berkurang, badan tidak lagi kurus, meski sebenarnya kuman tuberkulosis hanya tertidur sementara waktu.
3. Pneumotoraks
Pneumotoraks adalah penyakit yang terdapat di selaput paru atau yang disebut pleura. Pneumotoraks terjadi jika satu atau kedua membran pleura tertembus dan udara masuk ke dalam rongga pleura menyebabkan paru-paru mengempis. Membran pleura dipisahkan oleh lapisan cairan pleura sangat tipis yang melumasi gerakan mereka. Keseimbangan tekanan antara dinding dada, lapisan pleura, dan jaringan paru-paru memungkinkan paru-paru “terisap” ke dalam dinding dada.
Pada pneumotoraks, udara masuk ke dalam rongga pleura. Keseimbangan tekanan pun berubah dan paru-paru mengempis. Jika lebih banyak udara yang masuk ke dalam rongga tapi tidak dapat keluar, tekanan di sekitar paru-paru semakin tinggi yang dapat mengancam jiwa.
Pneumotoraks spontan dapat terjadi akibat pecahnya alveolus yang membesar secara abnormal di permukaan paru-paru atau akibat kondisi paru-paru, seperti asma. Penyebab lain adalah patah tulang rusuk dan luka dada.
4. Bronkitis Kronis
Bronkitis Kronis adalah salah satu penyakit paru paru akibat merokok yang sangat sering terjadi di masyarakat. Namun cukup jarang infeksi paru akut yang sampai menyebaban bronkitis kronis. Pada penyakit ini, saluran udara utama yang menuju paru-paru mengalami penyempitan dan pembengkakakan karena iritasi oleh asap tembakau. Kemudian saluran udara yang mengalami peradangan tersebut biasanya mengeluarkan dahak yang berlebihan yang biasanya bisa terjadi hingga sepanjang tahun, terutama saat waktu lembab dan dingin.
5. Efusi pleura
Cairan berlebih di dalam membran berlapis ganda yang mengelilingi paru-paru disebut efusi pleura. Dua lapis membran yang melapisi paru-paru atau pleura dilumasi oleh sedikit cairan yang memungkinkan paru-paru mengembang dan berkontraksi dengan halus dalam dinding dada. Infeksi seperti pneumonia dan tuberkulosis, gagal jantung, dan beberapa kanker dapat menimbulkan pengumpulan cairan di antara pleura. Jumlahnya bisa mencapai tiga liter yang menekan paru-paru.
6. Silikosis
Silikosis merupakan penyakit saluran pernapasan akibat menghirup debu silika yang menyebabkan peradangan dan pembentukkan jaringan parut pada paru-paru. Ada 3 jenis silikosis, antra lain:
1. Silikosis kronis simplek akibat paparan sejumlah kecil debu silika dalam waktu yang lama atau lebih dari 20 tahun.
2. Silikosis akselerata, terjadi akibat paparan silika dalam jumlah yang banyak selama kurun waktu 4-8 tahun.
3. Silikosis akut, terjadi akibat paparan silikosis dalam jumlah yang sangat banyak dalam jangka waktu yang lebih pendek. Paru-paru sangat meradang dan terisi oleh cairan, sehingga timbul sesak nafas yang hebat dan kadar oksigen darah yang rendah.Pada silikosis simplek dan akselerata bisa terjadi fibrosif masif progresif. Fibrosis ini terjadi akibat pembentukan jaringan parut dan menyebabkan kerusakan pada struktur paru yang normal.
7. Asbestosis
Asbestosis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan pernafasan pendek yang diakibatkan oleh penghirupan serat asbestos dalam jangka waktu yang lama, yang menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan terjadi kerusakan pada jaringan paru, menurunkan fungsi paru karena paru-paru yang memiliki jaringan parut tidak dapat mengembang dan menguncup dengan sempurna. Beratnya gejala tergantung pada seberapa banyak asbestos yang terhirup dan berapa lama orang tersebut terpapar asbestos. Seringkali, gejala tidak timbul sampai 20 tahun atau lebih setelah terpapar asbestos. Hal ini umumnya terjadi pada orang-orang yang bekerja di pertambangan asbestos dan industri penggilingan, konstruksi, pemadam kebakaran dan pabrik-pabrik. Asbestosis adalah penyakit paru kronis yang tidak dapat disembuhkan karena jaringan parut pada paru-paru bersifat ireversibel.
8. Emfisema
Emfisema adalah suatu penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan pernafasan yang pendek yang disebabkan oleh kesulitan untuk menghembuskan seluruh udara keluar dari paru-paru karena tekanan udara yang berlebihan dari kantung udara di dalam paru-paru (alveoli). Pada emfisema, hilangnya elastisitas yang demikian karena kerusakan akibat bahan kimia dari asap tembakau atau polutan yang menyebabkan alveoli berekspansi terus menerus dan udara tidak dapat keluar sama sekali. Ketika jaringan kehilangan elastisitasnya pada saluran pernafasan kecil di atas alveoli, hal ini menyebabkan terjadinya pengempisan saluran pernafasan, yang lebih lanjut lagi dapat membatasi udara mengalir keluar.
Normalnya ketika menarik nafas, alveoli mengembang ketika udara masuk untuk pertukaran gas antara alveoli dan darah. Sewaktu menghembuskan nafas, jaringan elastis di alveoli menyebabkan alveoli kembali menguncup, memaksa udara untuk keluar dari paru-paru melalui saluran pernafasan.
9. Kanker paru-paru
Kanker paru-paru berasal dari jaringan tipis paru-paru, pada umumnya berupa lapisan sel yang terletak pada saluran udara. Dua tipe utama kanker ini adalah kanker paru-paru sel kecil (SCLC) dan kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC). Tipe-tipe ini didiagnosa berdasarkan bentuk sel yang terlihat di bawah mikroskop. Lebih dari 80% kanker paru-paru merupakan tipe kanker paru-paru non-sel kecil. Tiga sub-tipe utama dari kanker paru-paru non-sel kecil adalah adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel besar.
Kanker paru-paru merupakan kanker paling umum kedua yang diidap pria dan kanker paling umum ketiga yang diidap wanita di Singapura. Pria memiliki resiko kanker paru-paru 3 kali lebih tinggi dari wanita. Dari 3 kelompok etnis utama, etnis Cina memiliki resiko tertinggi, yang diikuti oleh etnis Melayu dan India.
10. Legionnaires
Penyakit Legionnaires adalah suatu peradangan paru-paru (pneumonia) yang disebabkan oleh kuman dari rumpun Legionella.
Kebanyakan kejadian Legionnaires yang dilaporkan di NSW disebabkan oleh Legionella pneumophila. Di NSW tiap tahun ada sekitar 70 kejadian Legionnaires yang dilaporkan.
Legionella pneumophila biasanya ditemukan di dalam sumber air, sedangkan kuman lain serumpun yaitu Legionella longbeachae umumnya ditemukan di dalam tanah dan ramuan tanah pot.
11. Asma
Asma merupakan penyakit jangka panjang yang dapat menyebabkan penderitanya sulit bernapas, batuk-batuk, dan mengalami mengi ketika kambuh. Pada tiap orang, tingkat keparahan penyakit ini berbeda-beda, dan umumnya dapat dikendalikan dengan baik.
Asma terjadi ketika saluran napas atau bronkus mengalami radang. Bronkus yang berbentuk seperti tabung kecil ini berfungsi untuk membawa udara masuk dan keluar dari paru-paru. Bronkus penderita asma pada umumnya lebih sensitif dari orang-orang lain dan lebih gampang mengalami radang.
Penyakit pada paru-paru yang disebut pneumonia adalah penyakit yang disebabkan terjadinya peradangan dari gelembung udara mikroskopik paru-paru yaitu alveolus dan saluran udara terkecil yaitu bronkiolus. Penyakit pneumonia ini sering disebut juga dengan penyakit radang paru-paru.
Pneumonia dapat timbul di berbagai daerah di paru-paru. Pneumonia lobar menyerang sebuah lobus atau potongan besar paru-paru. Pneumonia lobar adalah bentuk pneumonia yang mempengaruhi area yang luas dan terus-menerus dari lobus paru-paru. Selain itu, ada juga yang disebut bronkopneumonia yang menyerang seberkas jaringan di salah satu paru-paru atau keduanya.
2. Tuberkulosis
Menurut Dr. Erlina, kematian akibat tuberkulosis umumnya karena kegagalan pengobatan. Ini terutama dipengaruhi oleh kurangnya oengertian mengenai tuberkulosis, faktor ekonomi, pengobatan yang tidak teratur, adanya penyakit penyerta, serta kebiasaan merokok dan gizi penderitannya.
Hal ini sebenarnya tidak mengherankan, karena dahulu, penderita tuberkulosis jarus meminum4 jenis obat setiap hari selama 6 bulan. Biaya pengobatan tuberkulosis yang cukup besar, menyebabkan penderita nekat berhenti minum obat setelah 2-3 bulan. Biasanya selama masa ini, gejala tuberkulosis memang berkurang, badan tidak lagi kurus, meski sebenarnya kuman tuberkulosis hanya tertidur sementara waktu.
3. Pneumotoraks
Pneumotoraks adalah penyakit yang terdapat di selaput paru atau yang disebut pleura. Pneumotoraks terjadi jika satu atau kedua membran pleura tertembus dan udara masuk ke dalam rongga pleura menyebabkan paru-paru mengempis. Membran pleura dipisahkan oleh lapisan cairan pleura sangat tipis yang melumasi gerakan mereka. Keseimbangan tekanan antara dinding dada, lapisan pleura, dan jaringan paru-paru memungkinkan paru-paru “terisap” ke dalam dinding dada.
Pada pneumotoraks, udara masuk ke dalam rongga pleura. Keseimbangan tekanan pun berubah dan paru-paru mengempis. Jika lebih banyak udara yang masuk ke dalam rongga tapi tidak dapat keluar, tekanan di sekitar paru-paru semakin tinggi yang dapat mengancam jiwa.
Pneumotoraks spontan dapat terjadi akibat pecahnya alveolus yang membesar secara abnormal di permukaan paru-paru atau akibat kondisi paru-paru, seperti asma. Penyebab lain adalah patah tulang rusuk dan luka dada.
4. Bronkitis Kronis
Bronkitis Kronis adalah salah satu penyakit paru paru akibat merokok yang sangat sering terjadi di masyarakat. Namun cukup jarang infeksi paru akut yang sampai menyebaban bronkitis kronis. Pada penyakit ini, saluran udara utama yang menuju paru-paru mengalami penyempitan dan pembengkakakan karena iritasi oleh asap tembakau. Kemudian saluran udara yang mengalami peradangan tersebut biasanya mengeluarkan dahak yang berlebihan yang biasanya bisa terjadi hingga sepanjang tahun, terutama saat waktu lembab dan dingin.
5. Efusi pleura
Cairan berlebih di dalam membran berlapis ganda yang mengelilingi paru-paru disebut efusi pleura. Dua lapis membran yang melapisi paru-paru atau pleura dilumasi oleh sedikit cairan yang memungkinkan paru-paru mengembang dan berkontraksi dengan halus dalam dinding dada. Infeksi seperti pneumonia dan tuberkulosis, gagal jantung, dan beberapa kanker dapat menimbulkan pengumpulan cairan di antara pleura. Jumlahnya bisa mencapai tiga liter yang menekan paru-paru.
6. Silikosis
Silikosis merupakan penyakit saluran pernapasan akibat menghirup debu silika yang menyebabkan peradangan dan pembentukkan jaringan parut pada paru-paru. Ada 3 jenis silikosis, antra lain:
1. Silikosis kronis simplek akibat paparan sejumlah kecil debu silika dalam waktu yang lama atau lebih dari 20 tahun.
2. Silikosis akselerata, terjadi akibat paparan silika dalam jumlah yang banyak selama kurun waktu 4-8 tahun.
3. Silikosis akut, terjadi akibat paparan silikosis dalam jumlah yang sangat banyak dalam jangka waktu yang lebih pendek. Paru-paru sangat meradang dan terisi oleh cairan, sehingga timbul sesak nafas yang hebat dan kadar oksigen darah yang rendah.Pada silikosis simplek dan akselerata bisa terjadi fibrosif masif progresif. Fibrosis ini terjadi akibat pembentukan jaringan parut dan menyebabkan kerusakan pada struktur paru yang normal.
7. Asbestosis
Asbestosis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan pernafasan pendek yang diakibatkan oleh penghirupan serat asbestos dalam jangka waktu yang lama, yang menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan terjadi kerusakan pada jaringan paru, menurunkan fungsi paru karena paru-paru yang memiliki jaringan parut tidak dapat mengembang dan menguncup dengan sempurna. Beratnya gejala tergantung pada seberapa banyak asbestos yang terhirup dan berapa lama orang tersebut terpapar asbestos. Seringkali, gejala tidak timbul sampai 20 tahun atau lebih setelah terpapar asbestos. Hal ini umumnya terjadi pada orang-orang yang bekerja di pertambangan asbestos dan industri penggilingan, konstruksi, pemadam kebakaran dan pabrik-pabrik. Asbestosis adalah penyakit paru kronis yang tidak dapat disembuhkan karena jaringan parut pada paru-paru bersifat ireversibel.
8. Emfisema
Emfisema adalah suatu penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan pernafasan yang pendek yang disebabkan oleh kesulitan untuk menghembuskan seluruh udara keluar dari paru-paru karena tekanan udara yang berlebihan dari kantung udara di dalam paru-paru (alveoli). Pada emfisema, hilangnya elastisitas yang demikian karena kerusakan akibat bahan kimia dari asap tembakau atau polutan yang menyebabkan alveoli berekspansi terus menerus dan udara tidak dapat keluar sama sekali. Ketika jaringan kehilangan elastisitasnya pada saluran pernafasan kecil di atas alveoli, hal ini menyebabkan terjadinya pengempisan saluran pernafasan, yang lebih lanjut lagi dapat membatasi udara mengalir keluar.
Normalnya ketika menarik nafas, alveoli mengembang ketika udara masuk untuk pertukaran gas antara alveoli dan darah. Sewaktu menghembuskan nafas, jaringan elastis di alveoli menyebabkan alveoli kembali menguncup, memaksa udara untuk keluar dari paru-paru melalui saluran pernafasan.
9. Kanker paru-paru
Kanker paru-paru berasal dari jaringan tipis paru-paru, pada umumnya berupa lapisan sel yang terletak pada saluran udara. Dua tipe utama kanker ini adalah kanker paru-paru sel kecil (SCLC) dan kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC). Tipe-tipe ini didiagnosa berdasarkan bentuk sel yang terlihat di bawah mikroskop. Lebih dari 80% kanker paru-paru merupakan tipe kanker paru-paru non-sel kecil. Tiga sub-tipe utama dari kanker paru-paru non-sel kecil adalah adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel besar.
Kanker paru-paru merupakan kanker paling umum kedua yang diidap pria dan kanker paling umum ketiga yang diidap wanita di Singapura. Pria memiliki resiko kanker paru-paru 3 kali lebih tinggi dari wanita. Dari 3 kelompok etnis utama, etnis Cina memiliki resiko tertinggi, yang diikuti oleh etnis Melayu dan India.
10. Legionnaires
Penyakit Legionnaires adalah suatu peradangan paru-paru (pneumonia) yang disebabkan oleh kuman dari rumpun Legionella.
Kebanyakan kejadian Legionnaires yang dilaporkan di NSW disebabkan oleh Legionella pneumophila. Di NSW tiap tahun ada sekitar 70 kejadian Legionnaires yang dilaporkan.
Legionella pneumophila biasanya ditemukan di dalam sumber air, sedangkan kuman lain serumpun yaitu Legionella longbeachae umumnya ditemukan di dalam tanah dan ramuan tanah pot.
11. Asma
Asma merupakan penyakit jangka panjang yang dapat menyebabkan penderitanya sulit bernapas, batuk-batuk, dan mengalami mengi ketika kambuh. Pada tiap orang, tingkat keparahan penyakit ini berbeda-beda, dan umumnya dapat dikendalikan dengan baik.
Asma terjadi ketika saluran napas atau bronkus mengalami radang. Bronkus yang berbentuk seperti tabung kecil ini berfungsi untuk membawa udara masuk dan keluar dari paru-paru. Bronkus penderita asma pada umumnya lebih sensitif dari orang-orang lain dan lebih gampang mengalami radang.
Hati
Hati merupakan “kelenjar”
terbesar yang terdapat dalam tubuh manusia. Letaknya di dalam rongga perut
sebelah kanan atas.
Berwarna merah tua dengan berat mencapai 2 kilogram pada orang dewasa. Hati
terbagi menjadi dua lobus, kanan dan kiri. Hati mendapat suplai darah dari pembuluh nadi (arteri hepatica) dan
pembuluh gerbang (vena porta) dari usus. Hati dibungkus oleh selaput hati
(capsula hepatica). Hati terdapat pembuluh darah dan empedu yang dipersatukan
selaput jaringan ikat (capsula glison). Hati juga terdapat sel-sel perombak sel
darah merah yan gtelah tua disebut histiosit.
Sebagai alat eksresi hati menghasilkan empedu yang merupakan cairan
jernih kehijauan, di dalamnya mengandung zat warna empedu (bilirubin), garam
empedu, kolesterol dan juga bacteri serta obat-obatan. Zat warna empedu
terbentuk dari rombakan eritrosit yang telah tua atau rusak akan ditangkap
histiosit selanjutnya dirombak dan haeglobinnya dilepas.
Zat racun yang masuk ke dalam tubuh akan disaring terlebih dahulu di hati
sebelum beredar ke seluruh tubuh. Hati menyerap zat racun seperti obat-obatan
dan alkohol dari sistem peredaran darah. Hati mengeluarkan zat racun tersebut
bersama dengan getah empedu.
Hati merupakan alat
ekskresi karena menghasilkan empedu.Empedu mengandung zat-zat sisa
metabolism,antara lain ,air,garam,empedu,garam mineral,kolesterol,serta pigmen
bilirubin dan biliverdin.
Empedu terbentuk dari
penghancuran hemoglobin dalam eritrosit yang telah using.Eritrosit diuraikan
menjadi hemin,zat besi,dan globin.Zat besi dan globin digunakan untuk membentuk
antibodi dan hemoglobin baru.Hemin dirombak menjadi bilirubin dan
biliverdin,yang dalam usus mengalami oksidasi manjadi urobilin yang memberi warna
pada feses dan urine.
Empedu berfungsi untuk
mencerna lemak,mengaktifkana lipase,membantu penyerapan lemak di usus dan
mengubah zat yang tidak larut dalam air menjadi larut dalam air.
1.Fungsi
Hati
Secara fisiologis, fungsi utama dari hati adalah:
1.Membantu dalam metabolisme karbohidrat
Fungsi hati
menjadi penting, karena hati mampu mengontrol kadar gula dalam darah. Misalnya,
pada saat kadar gula dalam darah tinggi, maka hati dapat mengubah glukosa dalam
darah menjadi glikogen yang kemudian disimpan dalam hati (Glikogenesis), lalu
pada saat kadar gula darah menurun, maka cadangan glikogen di hati atau
asam amino dapat diubah menjadi glukosa dan dilepakan ke dalam darah
(glukoneogenesis) hingga pada akhirnya kadar gula darah dipertahankan untuk
tetap normal. Hati juga dapat membantu pemecahan fruktosa dan galaktosa menjadi
glukosa dan serta glukosa menjadi lemak.
2.Membantu metabolisme lemak
Membantu proses
Beta oksidasi, dimana hati mampu menghasilkan asam lemak dari Asetil Koenzim A.
Mengubah kelebihan Asetil Koenzim A menjadi badan keton (Ketogenesis).
Mensintesa lipoprotein-lipoprotein saat transport asam-asam lemak dan
kolesterol dari dan ke dalam sel, mensintesa kolesterol dan fosfolipid juga
menghancurkan kolesterol menjadi garam empedu, serta menyimpan lemak.
3.Membantu metabolisme Protein
Fungsi hati
dalam metabolisme protein adalah dalam deaminasi (mengubah gugus amino, NH2) asam-asam amino agar dapat digunakan sebagai
energi atau diubah menjadi karbohidrat dan lemak. Mengubah amoniak (NH3) yang merupakan substansi beracun menjadi urea dan
dikeluarkan melalui urin (ammonia dihasilkan saat deaminase dan oleh
bakteri-bakteri dalam usus), sintesis dari hampir seluruh protein plasma,
seperti a dan b globulin, albumin, fibrinogen, dan protombin (bersama-sama
dengan sel tiang, hati juga membentuk heparin) dan transaminasi transfer
kelompok amino dari asam amino ke substansi (a-keto acid) dan senyawa lain.
4.Menetralisir obat-obatan dan hormon
Hati dapat
berfungsi sebagai penetralisir racun, yakni pada obat-obatan seperti penisilin,
ampisilin, erythromisin, dan sulfonamide juga dapat mengubah sifat-sifat kimia
atau mengeluarkan hormon steroid, seperti aldosteron dan estrogen serta
tiroksin.
5.Mensekresikan cairan empedu
Bilirubin, yang
berasal dari heme pada saat perombakan sel darah merah,
diserap oleh hati dari darah dan dikeluarkan ke empedu. Sebagian besar dari
bilirubin di cairan empedu di metabolisme di usus oleh bakteri-bakteri dan
dikeluarkan di feses.
Dalam proses
konjugasi yang berlangsung di dalam retikulum endoplasma sel hati tersebut,
mekanisme yang terjadi adalah melekatnya asam glukuronat (secara enzimatik)
kepada salah satu atau kedua gugus asam propionat dari bilirubin. Hasil
konjugasi (yang kita sebut sebagai bilirubin terkonjugasi) ini, sebagian besar
berada dalam bentuk diglukuronida (80%), dan sebagian kecil dalam bentuk
monoglukuronida.
Penempelan
gugus glukuronida pada gugus propionat terjadi melalui suatu ikatan ester,
sehingga proses yang terjadi disebut proses esterifikasi. Proses esterifikasi
tersebut dikatalisasi oleh suatu enzim yang disebut bilirubin uridin-difosfat
glukuronil transferase (lazimnya disebut enzim glukuronil transferase saja),
yang berlokasi di retikulum endoplasmik sel hati.
Akibat
konjugasi tersebut, terjadi perubahan sifat bilirubin. Perbedaan yang paling
mencolok antara bilirubin terkonjugasi dan tidak terkonjugasi adalah sifat
kelarutannya dalam air dan lemak. Bilirubin tidak terkonjugasi bersifat tidak
larut dalam air, tapi mempunyai afinitas tinggi terhadap lemak. Karena sifat
inilah, bilirubin tak terkonjugasi tidak akan diekskresikan ke urin. Sifat yang
sebaliknya terdapat pada bilirubin terkonjugasi.
Karena
kelarutannya yang tinggi pada lemak, bilirubin tidak terkonjugasi dapat larut
di dalam lapisan lemak dari membran sel. Peningkatan dari bilirubin tidak
terkonjugasi dapat menimbulkan efek yang sangat tidak kita inginkan, berupa
kerusakan jaringan otak. Hal ini terjadi karena otak merupakan jaringan yang
banyak mengandung lemak.
6.Mensintesis garam-garam empedu
Garam-garam
empedu digunakan oleh usus kecil untuk mengemulsi dan menyerap lemak,
fosfolipid, kolesterol, dan lipoprotein.
7.Sebagai tempat penyimpanan
Selain
glikogen, hati juga digunakan sebagai tempat menyimpan vitamin (A, B12, D, E, K) serta mineral (Fe dan Co). Sel-sel hati
terdiri dari sebuah protein yang disebut apoferritin yang bergabung dengan Fe
membentuk Ferritin sehingga Fe dapat disimpan di hati. Fe juga dapat dilepaskan
jika kadarnya didarah turun.
8.Sebagai fagosit
Sel-sel
Kupffer’s dari hati mampu memakan sel darah merah dan putih yang rusak serta
bakteri.
9.Mengaktifkan vitamin D
Hati dan ginjal
dapat berpartisipasi dalam mengaktifkan vitamin D.
10.Menghasilkan kolesterol tubuh
Hati menghasilkan
sekitar separuh kolesterol tubuh, sisanya berasal dari
makanan. Sekitar 80% kolesterol yang dibuat di hati digunakan untuk membuat
empedu. Kolesterol merupakan bagian penting dari setiap selaput sel dan
diperlukan untuk membuat hormon-hormon tertentu (termasuk hormon estrogen,
testosteron dan hormonadrenal).
Gangguan
system ekskresi “hati”
1.Hepatitis
-adalah
inflamasi/radang dan cedera pada hepar karena reaksi hepar terhadap
berbagai kondisi terutama virus, obat-obatan dan alkohol. (Ester monika, 2002).
-Sedangakna menurut Brunner dan Suddarth
(2002) hepatitis adalah infeksi sistemik yang dominan menyerang hati. Hepatitis
virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus disertai
nekrosis dn inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan
klinis, biokomia serta seluler yang khas.
-Hepatitis merupakan suatu proses peradangan
pada jaringan hati. Hepatititis dalam bahasa awam sering disebut dengan istilah
lever atau sakit kuning. Padahal definisi lever itu sendiri sebenarnya berasal
dari bahasa Belanda yang berarti organ hati, bukan penyakit hati. Namun banyak
asumsi yang berkembang di masyarakat mengartikan lever adalah penyakit radang
hati, sedangkan istilah sakit kuning sebenarnya dapat menimbulkan kercunan,
karena tidak semua penyakit kuning disebabkan oleh radang hati, tetapi juga
karena adanya peradangan pada kantung empedu. (M. Sholikul Huda).
-Sujono Hadi (1999) menuliskan dalam bukunya
bahwa hepatitits adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat
di sebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat – obatan
serta bahan – bahan kimia.
-Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik
oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas.
(Smeltzer, 2001).
Dari beberapa pengertian di atas dapat di
simpulkan bahwa hepatitis adalah suatu penyakit peradangan pada jaringan hati
yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyebabkan sel-sel hati mengalami
kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Gangguan pada hati yang
umumnya dijumpai di masyarakat saat ini adalah HEPATITIS atau PENYAKIT KUNING. Disebut
demikian karena tubuh penderita menjadi kekuningan, disebabkan zat warna empedu
beredar ke seluruh tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh serangan virus yang
dapat menular melalui makanan, minuman, jarum suntik dan transfusi darah.
Hepatitis adalah peradangan pada sel-sel hati.
Penyebab penyakit hepatitis yang utama adalah virus. Virus hepatitis yang sudah
ditemukan sudah cukup banyak dan digolongkan menjadi virus hepatitis A, B, C,
D, E, G, dan TT.
Beberapa jenis hepatitis yang saat ini harus diwaspadai
adalah:
a.
Hepatitis
A yang disebabkan oleh Virus Hepatitis A (VHA)
Gambar 8. Hepatitis A
b. Hepatitis B yang disebabkan
oleh Virus Hepatitis B (VHB)
c. Hepatitis C yang disebabkan
oleh Virus Hepatitis C (VHC)
-Penyakit
ini dapat dicegah dengan vaksin hepatitis, menjaga kebersihan lingkungan,
mengihindari kontak langsug dengan penderita, dan tidak menggunakan jarum
suntik untuk pemakaian lebih dari satu kali. Beberapa penderita hepatitis
mengalami perubahan warna kulit dan putih mata menjadi berwarna kuning, urin
penderita juga berwarna kuning bahkan hingga kecokatan seperti teh.
2.KANKER HATI
Banyak orang
tidak memiliki tanda atau gejala pada tahap awal kanker hati primer. Tetapi
ketika memiliki tanda dan gejala, maka yang mungkin terjadi antara lain:
·
Penurunan berat badan
·
Hilang nafsu makan
·
Sakit pada area perut bagian atas
·
Mual dan muntah
·
Kelelahan dan lemah
·
Pembesaran hati
·
Bengkak pada area perut
·
Kulit dan bagian putih mata menguning
Penyebab & Faktor Risiko
Tidak jelas apa
yang menyebabkan kanker hati. Tapi pada beberapa kasus, penyebabnya diketahui.
Sebagai contoh, infeksi kronis dengan virus hepatitis tertentu dapat
menyebabkan kanker hati.
Kanker hati
terjadi ketika sel DNA hati mengalami mutasi. Mutasi ini membuat sel tetap
tumbuh dan berkembang, sementara sel normal lain memiliki siklus hidup dan
mati. Akumulasi sel kanker mulut ini dapat membentuk tumor yang ganas.
Cara mengatasi
kelainan-kelainan pada hati diantaranya adalah dengan:
1. Pemberian vaksinasi
2. Makan makanan yang sehat
3. Menghindari penggunaan
obat-obatan terlarang
4. Berolahraga dengan teratur
5. Sterilisasi penggunaan
jarum suntik
6. Menghindari pergaulan bebas
(berganti-ganti pasangan)
3.
Hemokromaatosis
Penyakit
ini disebabkan kelainan genetik yang menyebabkan usus menyerap terlalu banyak
zat besi sehingga kadarnya berlebihan. Kelebihan zat besi ini akan masuk ke
alirah darah dan menumpuk pada organ tertentu, terutama hati.
4.Sirosis
Sirosis
ditandai dengan terjadinya kerusakan
hati yang progresif dan tidak bisa diperbaiki. Sering diakibatkan oleh infeksi,
hepatitis B dan C menahun, penggunaan alkohol berlebihan, atau penyakit
autoimun.
5.Abses
hati Abses,
cairan atau
nanah yang memenuhi rongga, kadang terbentuk dalam hati akibat infeksi bakteri
atau parasit. Jika disebabkan bakteri biasanya langsung diikuti demam dan
menggigil. Sedangkan abses karena parasit berkembang lebih lambat. Penyakit ini
diidentifikasi dengan pemeriksaan CT scan atau USG pada hati.
Proses Pembentukkan Empedu
Empedu sebagian besar adalah hasil dari excretory dan sebagian adalah
sekresi dari pencernaan. Garam-garam empedu termasuk ke dalam kelompok garam
natrium dan kalium dari asam empedu yang berkonjugasi dengan glisin atau taurin
suatu derifat atau turunan dari sistin, mempunyai peranan sebagai pengemulsi,
penghancuran dari molekul-molekul besar lemak menjadi suspensi dari lemak
dengan diameter ± 1mm dan absorpsi dari lemak, tergantung dari sistem pencernaannya.
Terutama setelah garam-garam empedu bergabung dengan lemak dan membentuk Micelles (agergat
dari asam lemak, kolesterol dan monogliserida), kompleks yang larut dalam air
sehingga lemak dapat lebih mudah terserap dalam sistem pencernaan (efek
hidrotrofik). Ukuran lemak yang sangat kecil sehingga mempunyai luas permukaan
yang lebar sehingga kerja enzim lipase dari pankreas yang penting dalam
pencernaan lemak dapat berjalan dengan baik. Kolesterol larut dalam empedu
karena adanya garam-garam empedu dan lesitin.
Gambar bagian-bagian kandung
empedu
Zat-zat yang
dibentuk dalam empedu antara lain adalah:
Bilirubin, yang juga dikenal sebagai pigmen empedu, merupakan hasil dari
metabolisme hem. Hem, yang merupakan bagian nonprotein dari hemoglobin, akan
mengalami perubahan lagi menjadi biliverdin, lalu bilirubin. Keseluruhan proses
perubahan ini berlangsung di hati. Sekitar 70-80% bilirubin diperoleh dari
pemecahan hem yang berasal dari hemoglobin ini, dan 20-25% berasal dari protein
hem lain seperti mioglobin, sitokrom (yang mengandung hem) dan katalase.
Sebagian kecil diperoleh dari penghancuran sel eritroid muda (akibat
eritropoesis yang tidak efektif).
Dalam metabolismenya, struktur bilirubin yang dihasilkan dari
perubahan-perubahan hemoglobin itu bersifat tidak larut dalam air, tetapi
sangat larut dalam lemak. Karena sifat tidak larut dalam air ini, maka di dalam
plasma darah, bilirubin harus diangkut dengan bantuan suatu pembawa (karier),
dan karier fisiologis tersebut adalah albumin serum. Bilirubin dalam bentuk
ikatan bilirubin-albumin akan beredar di dalam sirkulasi darah, untuk kemudian
masuk ke dalam sel hati. Pada permukaan sinusoid hati, bilirubin tidak
terkonjugasi akan melepaskan diri dari ikatannya dengan albumin, dan masuk
melalui membran sel hati dengan cara difusi (facilitated diffusion). Di
dalam sel hati (hepatosit), bilirubin diikat oleh 2 protein intraseluler utama
dalam sitoplasma, protein sitosolik Y (misalnya, ligandin atau glutathione
S-transferase B) dan protein sitosolik z (dikenal juga sebagai fatty
acid–binding protein [FABP]).
Agar bilirubin dapat diekskresikan ke dalam empedu (untuk kemudian
dikeluarkan ke usus), terlebih dulu ia harus dibuat dapat larut dalam air.
Untuk mencapai maksud tersebut, maka di dalam sel parenkim hati, sebagian besar
bilirubin akan dikonjugasikan dengan asam glukuronat. Dua asam empedu utama
(primer) yang dibentuk dalam hati adalah asam kolat dan asam kenodeoksikolat.
Dalam usus besar, bakteri mengubah asam kenodoeksikolat dan asam deoksikolat menjadi
asam litokolat. Karena asam deoksikolat dan asam litokolat di bentuk oleh kerja
bakteri, asam deoksikolat dan asam litokolat dinamakan asam empedu sekunder.
Konjugasi asam-asam terjadi dalam empedu dan konjugatnya, misalnya asam
glikokolat dan asam taurokolat membentuk garam natrium dan garam kalium dalam
empedu hati yang bersifat alkali.
Proses Sekresi Empedu
Empedu mengandung beberapa komponen diantaranya yaitu garam empedu, figmen
empedu, elektroloit, kolesterol dan lemak. Namun yang akan di bahas terkait
dengan eksekresi getah empedu yaitu garam empedu dan pigmen hati terutama
bilirubin.
Garam Empedu
Sebelum makan, garam-garam empedu menumpuk di dalam kandung empedu dan
hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati. Makanan di dalam duodenum memicu
serangkaian sinyal hormonal dan sinyal saraf sehingga kandung empedu
berkontraksi. Sebagai akibatnya, empedu mengalir ke dalam duodenum dan
bercampur dengan makanan. Garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak
dan vitamin yang larut dalam lemak untuk membantu proses penyerapan. Garam
empedu merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu menggerakkan
isinya.
Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan
dialirkan kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai Sirkulasi
enterohepatik. Jumlah rata-rata sekresi empedu tergantung oleh berbagai
faktor. Rangsangan dari vagal dapat meningkatkan produksi
empedu hingga dua kali lipat lebih banyak. Hormon sekretin yang merangsang
sintesis dari cairan pankreas yang kaya akan Na-bikarbonat, juga merangsang
sekresi empedu. Ketika aliran darah yang melalui hati meningkat, maka sekresi
dari empedu juga akan meningkat. Keberadaan jumlah garam empedu yang tinggi di
darah juga akan meningkatkan sekresi empedu.
Bila makanan masuk ke mulut, resistensi katup Oddi menurun. Asam lemak
dalam duodenum mengeluarkan hormon kolesistokinin (CCK), yang menyebabkan
kandung empedu berkontraksi. Asam hasil pencernaan protein dan Ca2+ juga merangsang sekresi CCK. Zat-zat yang
menyebabkan kontraksi kandung empedu dinamakan kolagogue.
Pembentukan empedu ditambah dengan rangsangan nervus vagus oleh hormon sekretin
meningkatkan kadar air dan HCO3– empedu. Zat-zat yang meningkatkan sekresi
dinamakan koleretik. Garam empedu sendiri merupakan koleretik
fisiologis yang penting. Sebenarnya garam-garam empedu yang direabsorpsi dari
usus menghambat sintesis asam-asam empedu yang baru, tetapi garam-garam empedu
sendiri disekresi dengan cepat dan jelas meningkatkan aliran empedu.
Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri
dan kanan, lalu keduanya bergabung membentuk duktus hepatikus utama.
Duktus hepatikus utama bergabung dengan saluran yang berasal dari kandung
empedu (duktus sistikus) membentuk saluran empedu utama.
Saluran empedu utama masuk ke usus bagian atas pada katup oddi,
yang terletak beberapa sentimeter dibawah lambung. Sekitar separuh empedu
dikeluarkan diantara jam-jam makan dan dialirkan melalui duktus sistikus ke
dalam kandung empedu. sisanya langsung mengalir ke dalam saluran empedu utama,
menuju ke usus halus. Jika kita makan, kandung empedu akan berkontraksi dan
mengosongkan empedu ke dalam usus untuk membantu pencernaan lemak dan
vitamin-vitamin tertentu.
Laju aliran dari empedu terjadi paling lambat pada saat puasa, dan sebagian
besar empedu dialihkan ke kantung empedu (gallbladder) untuk dikonsentratkan.
Ketika chyme dari makanan yang telah dicerna memasuki usus halus, asam lemak
dan protein menstimulir sekresi dari sekretin dan kolesistokinin. Hormon-hormon
ini mempunyai pengaruh yang amat penting pada sekresi eksokrin dari pankreas.
Hormon-hormon tersebut juga penting untuk sekresi dan aliran empedu.
§ Kolesistokinin : Nama dari hormon ini menggambarkan efeknya terhadap sistem
empedu. Kolesisto = gallbladder (kandung empedu) dan kinin = pergerakan.
Rangsangan yang paling berpotensi untuk dapat dilepaskannya hormon ini adalah
kehadiran lemak di duodenum. Sekali dilepaskan , kolesistokinin akan
menstimulir kontraksi dari kandung kemih dan saluran empedu yang akan mengakibatkan
empedu dapat disampaikan ke dalam usus.
§ Sekretin : Hormon ini disekresikan untuk bertanggung jawab terhadap
asam di duodenum. Pengaruhnya pada sistem empedu sangat mirip dengan apa yang
terjadi di pankreas. Sekretin menstimulir sel-sel saluran empedu untuk
mensekresikan bikarbonat dan air, yang akan memperbesar volume dari empedu dan
meningkatkan daya alirnya menuju usus halus
Proses Reabsorpsi Cairan Empedu
Proses penyerapan garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus,
disuling oleh hati dan dialirkan kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal
sebagai sirkulasi enterohepatik. Seluruh garam empedu di dalam
tubuh mengalami sirkulasi sebanyak 10-12 kali/hari. Dalam setiap sirkulasi,
sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam usus besar (kolon). Di dalam kolon,
bakteri memecah garam empedu menjadi berbagai unsur pokok. Beberapa dari unsur
pokok ini diserap kembali dan sisanya dibuang bersama tinja.
Sekitar separuh empedu ini dikeluarkan diantara jam-jam makan dan dialirkan
melalui duktus sistikus ke dalam kandung empedu. Sisanya langsung mengalir ke
dalam saluran empedu utama, menuju ke usus halus. Jika kita makan, kandung
empedu akan berkontraksi dan mengosongkan empedu ke dalam usus untuk membantu
pencernaan lemak dan vitamin-vitamin tertentu.
Kulit
Kulit merupakan benteng
pertahanan tubuh kita yang utama karena berada di lapisan anggota tubuh yang
paling luar dan berhubungan langsung dengan lingkungan sekitar.
1.Susunan Kulit
a.Epidermis
Lapisan epidermis terdiri atas.
§
Stratum korneum, Stratum korneum tersusun
dari sel-sel mati dan selalu mengelupas. merupakan lapisan zat tanduk,
mati dan selalu mengelupas.
§ Stratum
lusidium, Stratum lusidum tersusun atas sel-sel yang tidak berinti
dan berfungsi mengganti stratum korneum. merupakan lapisan zat tanduk
§ Stratum
granulosum, Stratum granulosum tersusun atas sel-sel yang berinti
dan mengandung pigmen melanin. mengandung pigmen
§ Stratum
germonativum, selalu membentuk sel-sel baru ke arah luar
b.Dermis
Dermis terletak di bawah
epidermis. Lapisan ini mengandung akar rambut, pembuluh darah, kelenjar, dan
saraf. Kelenjar yang terdapat dalam lapisan ini adalah kelenjar keringat (glandula
sudorifera) dan kelenjar minyak (glandula sebasea). Kelenjar
keringat menghasilkan keringat yang di dalamnya terlarut berbagai macam garam.
terutama garam dapur. Keringat dialirkan melalui saluran kelenjar keringat dan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui poripori. Di dalam kantong rambut terdapat
akar rambut dan batang rambut. Kelenjar minyak berfungsi menghasilkan minyak
yang berfungsi meminyaki rambut agar tidak kering. Rambut dapat tumbuh terus
karena mendapat sari-sari makanan pembuluh kapiler di bawah kantong rambut. Di
dekat akar rambut terdapat otot penegak rambut.
c.Hipodermis
Hipodermis terletak di bawah dermis. Lapisan ini banyak
mengandung lemak. Lemak berfungsi sebagai cadangan makanan, pelindung tubuh
terhadap benturan, dan menahan panas tubuh.
2.Fungsi
Kulit
1. Sebagai alat ekskresi.
2. mengeluarkan keringat
3. melindungi tubuh terhadap
gesekan, kuman, penyinaran, panas. dan zat kimia;
4. mengatur suhu tubuh;
5. menerima rangsang dari
luar:
6. serta mengurangi kehilangan
air. Kelenjar keringat menyerap air dan garam, terutama garam dapur dan darah
di pembuluh kapiler. Keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori di permukaan
kulit akan menyerap panas tubuh sehingga suhu tubuh menjadi tetap. Pada keadaan
normal. keringat akan keluar dari tubuh sebanyak sekitar 50 mL setiap jam.
Beberapa faktor yang dapat memacu pengeluaran keringat. antara lain peningkatan
aktivitas tubuh. peningkatan suhu lingkungan, dan goncangan emosi. Emosi akan
merangsang saraf simpatis untuk memperkecil pengeluaran keringat dengan cara
mempersempit pembuluh darah.
7. Pengeluaran keringat yang
berlebihan, misalnya karena terik matahari atau kegiatan tubuh yang berlebihan,
dapat menyebabkan terjadi lapar garam. Kekurangan kadar garam darah dapat
mengakibatkan kekejangan dan pingsan.
8. Vitamin D3 berasal dari sinar matahari.
Sebetulnya sinar matahari tidak mengandung vitamin D, tetapi dengan bantuan
sinar matahari, yaitu sinar Ultraviolet B, kolesterol pada kulit akan berubah
menjadi calcitriol. Calcitriol itu lalu disalurkan ke hati dan ginjal
untuk menghasilkan vitamin D3 yang dibutuhkan oleh tubuh.
3.Penyakit kulit yang sering menyerang orang Indonesia
1. Panu
Panu adalah salah satu penyakit kulit yang sering dijumpai di negara
beriklim tropis seperti Indonesia. Penyakit yang dalam dunia medis dikenal
dengan nama tinea versicolor atau pityriasis versicolor ini
merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur. Penyebab panu ini adalah
jamur malassezia furfur atau pityrosporum
ovale.
Jamur penyebab penyakit kulit panu ini muncul bisa dikarenakan kebersihan
diri yang kurang terjaga, atau melalui penularan dari orang lain.Walaupun bisa
mengenai kulit mana saja, panu biasanya paling sering muncul di punggung,
dada, leher, dan lengan atas.
2. Kurap atau kadas
Kurap merupakan infeksi jamur pada
kulit. Kurap dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan kulit yang
terinfeksi atau dengan benda yang terkontaminasi, seperti hewan, handuk,
selimut, pakaian, tempat tidur, dan lainnya. Kurap pada kulit kepala dapat
menyebabkan rambut rontok bahkan kebotakan.
3. Kudis
Kudis merupakan infeksi pada kulit yang
disebabkan oleh tungau, yaitu serangga kecil dari keluarga laba-laba. Tungau
dapat berpindah karena kontak langsung dengan orang yang terinfeksi. Tungau
dapat hidup hanya beberapa hari pada tubuh dan tidak dapat loncat atau terbang.
Tanda-tanda dari kudis adalah munculnya ruam dan sangat gatal, biasanya pada
malam hari. Pada anak-anak, biasanya ruam muncul di kepala, leher, telapak
tangan, telapak kaki, dan di antara jari.
4. Frambusia, yang juga penyebab sipilis
Frambusia atau biasa dikenal patek, adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh bakteri yang menular melalui kontak langsung. Penyakit ini
banyak ditemui terutama di wilayah timur Indonesia. Penyakit merupakan infeksi
kronis yang menyerang kulit, tulang, dan tulang rawan. Penyebabnya adalah
bakteri treponema pallidum, yang tak lain juga menyebabkan sipilis.
Namun frambusia tidak menyerang kelamin sebagaimana sipilis. Penyakit ini ditemukan di negara
tropis yang menyebabkan bentol-bentol dan luka di kulit ini. Sejak tahun
1990-an sampai sekarang, penyakit ini hanya ditemukan di beberapa negara tropis
termasuk Indonesia.
5. Jerawat
Jerawat, juga disebut acne vulgaris, adalah suatu
kondisi kulit yang terjadi saat folikel rambut Anda tersumbat dengan kulit mati
dan minyak yang mengakibatkan peradangan. Jerawat dapat berupa bintil merah
ringan hingga jerawat kistik yang nyeri. Jerawat biasanya terdapat pada wajah,
pundak, punggung, dan dada. Jerawat dapat menyebabkan stress emosional dan
dapat meninggalkan bekas ‘bopeng’ atau warna kulit yang menghitam.
6. Pediculosis atau kutu rambut
Infeksi kulit rambut pada manusia bisanya juga disebut sebagai pediculosis capitis. Kutu rambut biasanya juga bersifat parasit,
karena mereka menjadikan darah manusia sebagai makanannya. Pedikulosis juga
sangat mudah menular dan dapat menjadi gatal berlebih di rambut. Umumnya, kutu
rambut ini menyerang anak-anak, tapi tak jarang juga kalau orang dewasa atau
bahkan hewan berbulu bisa terjangkit.
7. Eksim
Eksim yang dikenal sebagai dermatitis atopik, adalah kondisi kulit
kronis yang menyebabkan serangan gatal-gatal dan kemudian menghilang untuk
beberapa waktu. Eksim membuat kulit menjadi meradang,
gatal, kering dan pecah-pecah. Bagian kulit kering tersebut dapat muncul di
kulit kepala, dahi dan wajah.
Penyakit ini umum, dan sering menyerang anak-anak hingga orang lanjut
usia. Penyebab eksim belum teridentifikasi. Namun para peneliti mempercayai
beberapa pemicu dapat menyebabkan eksim. Orang-orang dengan alergi dapat
memiliki eksim atopik, seperti orang dengan alergi makanan atau asma.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan
dari makalah ini adalah:
1.
Ekskresi merupakan pengeluaran zat sisa hasil metabolisme
yang sudah tidak diperlukan lagi bagi tubuh organism. Pada dasarnya peranan
sistem ekskresi adalah untuk memelihara homeostasis tubuh.
2.
System ekskresi pada manusia berupa ginjal, kulit, paru-paru,
hati, rectum dan anus. Masing-masing organ tersebut, bisa mengeluarkan sisa
metabolisme dari dalam tubuh.
Ginjal merupakan alat
ekskresi utama berjumlah sepasang dan terletak di kanan an kiri dekat tulang
pinggang. Dalam ginjal terjadi proses-proses pembentukan urine, yang meliputi :
a. Tahap
filtrasi ( penyaringan)
b. Tahap
reabsorbsi ( penyerapan kembali)
c. Tahap
augmentasi (proses pengumpulan)
Kulit merupakan lapisan
terluar dari tubuh kita dan termasuk salah satu alat ekskresi. Kulit memiliki
struktur yang terdiri atas lapisan
epidermis dan lapisan dermis. Pada lapisan dermis terdapat akar rambut, kelenjar
keringat, kelenjar minyak, pembuluh darah dan serabut saraf. Dimana kulit
mengeluarkan sisa metabolisme berupa air, urea dan garam.
Paru-paru merupakan organ
pernapasan dan juga organ ekskresi. Paru-paru mengeluarkan sisa metabolisme
berupa gas, CO
dan H
O.
Hati atau hepar merupakan
organ terbesar dalam tubuh dan merupakan salah satu alat ekskresi penting. Hati
juga menghasilkan enzim orginase untuk menguraikan asam amino orgenin menjadi
asam amino ornitin dan urea. Hati mengeluarkan sisa metabolisme dalam tubuh
berupa zat warna empedu.
Rektum adalah sebuah ruangan yang
berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu
pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam
rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Anus merupakan
lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.
Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari
usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.
Saran
Dengan mengetahui
proses sistem ekskresi dan kelainannya, semoga kita bisa lebih menerapkan gaya
hidup sehat dalam kehidupan kita sehari-hari. Sehingga kita bisa merawat sistem
ekskresi kita dengan baik.
Daftar
Pustaka
Wahyu aji”makalah system ekskresi
manusia”17-1-2019 https://www.academia.edu/36615251/makalah_sistem_ekskresi_manusia_fix.docx
Kompas.com”
Penyakit.yang.Merusak.Hati” 18-1-2019
Belum ada Komentar untuk "Makalah Sistem Ekskresi Pada Manusia"
Posting Komentar